Australia Memata-matai Indonesia Sejak Tahun 1954... Ini informasi yang mereka cari

on 20 November 2013



Aktivitas spionase Indonesia terhadap Australia bukan hal baru. Hal itu diungkapkan oleh pengamat pertahanan Australia Philip Dorling dalam analisisnya di harian Australia The Sydney Morning Herald, 18 November 2013.

“Australia telah memata-matai Jakarta sejak lama. Kedutaan Australia di Jakarta adalah pos Badan Intelijen Australia yang pertama di luar negeri. Pos itu didirikan pada tahun 1954, dan Australia selalu menempatkan Indonesia pada prioritas utamanya,” kata Dorling.

Buku harian yang tak dipublikasikan milik salah satu Duta Besar Australia untuk RI, Sir Walter Crocker, menunjukkan bahwa Badan Intelijen Australia (Defence Signals Directorate) secara rutin memecah sandi rahasia diplomatik Indonesia sejak pertengahan tahun 1950.

Pada tahun 1960-an, Badan Intelijen Inggris (GCHQ) bahkan membantu DSD “membongkar” mesin sandi rahasia Hagelin buatan Swedia yang dipakai Kedutaan Indonesia di Canberra, Australia.

Tahun 1970, fasilitas radio DSD di Shaol Bay di luar Darwin, Australia, memantau komunikasi militer Indonesia. Dari hasil penyadapan itu, Australia memperoleh peringatan dini mengenai niat Indonesia menginvasi Timor Timur.

Tahun 1999, laporan rahasia DSD mengenai Indonesia dan Timor Timur bocor. Laporan itu menunjukkan intelijen Australia masih mempunyai akses luas terhadap komunikasi militer Indonesia, bahkan rakyat sipil di negeri itu. Oleh sebab itu pembakaran ibu kota Timor Timur, Dili, oleh tentara Indonesia pada September 1999 tidak lagi mengejutkan intelijen Australia.

Dorling mengatakan, setiap Perdana Menteri Australia sejak Robert Menzies telah sepenuhnya diberitahu mengetahui luas cakupan penetrasi DSD terhadap wilayah diplomatik Indonesia, militer RI, serta komunikasi sipil di negeri itu yang terus meningkat. Menzies menjabat sebagai PM Australia pada periode 1949-1966.

Hubungan Indonesia dan Australia berada di masa keemasan saat Paul Keating menjadi Perdana Menteri Australia. Keating mengambil langkah diplomatik jitu dengan mendekati langsung Presiden Soeharto yang saat itu berkuasa. Dengan kedekatan personal antara keduanya, Keating tahu betul arah pemikiran Soeharto atas diplomasi regional RI.

Ada alasan lain kenapa PM Keating mampu menjaga hubungan baik dengan Soeharto. Ia membagi informasi yang didapat intelijen Australia mengenai Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Ketika itu, DSD berhasil menyadap ruang kabinet Malaysia.

Aktivitas pengintaian yang dilakukan DSD terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, istrinya, dan sejumlah pejabat tinggi RI, menurut Dorling dilakukan untuk memberikan gambaran lebih jelas mengenai pandangan politik dan hubungan personal SBY. Semua itu diperlukan oleh analis intelijen dan pembuat kebijakan Australia.

Operasi penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia dilakukan dari fasilitas rahasia mereka yang berlokasi di Kedutaan Besar Australia di Jakarta, dan merupakan bagian dari program intelijen ‘Lima Mata’ yang lebih luas dengan kode ‘STATEROOM.’ Kolaborasi intelijen ‘Lima Mata’ mencakup Amerika Serikat, Inggris, Selandia Baru, Kanada, dan Australia.

Operasi intelijen itu disebut bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai ancaman teroris. Namun mantan agen intelijen Australia mengatakan kepada media Australia, Fairfax, bahwa fokus penyadapan itu sesungguhnya menyasar data intelijen di bidang politik, diplomatik, dan ekonomi.

“Pertumbuhan pesat jaringan telepon seluler adalah berkah besar, dan elite politik di Jakarta amat cerewet. Mereka bahkan tetap mengoceh meski curiga disadap oleh intelijen mereka sendiri,” kata mantan agen intelijen Australia itu.

Pada akhirnya meskipun terbongkarnya spionase Australia terhadap Indonesia menyebabkan rasa malu yang teramat besar bagi Negeri Kanguru, Dorling menyimpulkan Australia tak akan berhenti melakukan aksi spionase.

Sementara itu, Perdana Menteri Australia Tony Abbott menyatakan pemerintah manapun di dunia punya tugas utama melindungi negaranya dan mengedepankan kepentingan nasional. “Setiap pemerintah mengumpulkan informasi, dan mereka (Indonesia) pun tahu bahwa pemerintah negara lain melakukan hal serupa,” ujar Abbott.

Sebagai perdana menteri, Abbott harus memastikan keselamatan setiap warganya. “Itu sebabnya kami mengumpulkan informasi intelijen,” ujarnya. Namun Abbott menjamin informasi yang diperoleh Badan Intelijen Australia tak akan digunakan untuk hal buruk.

Apapun, Presiden SBY terlanjur murka. “Tindakan (penyadapan oleh) Amerika Serikat dan Australia jelas telah merusak kemitraan strategis dengan Indonesia sebagai sesama negara penganut sistem demokrasi. Indonesia menuntut Australia memberikan jawaban resmi yang dapat dipahami publik terkait isu penyadapan terhadap Indonesia,” kata SBY.


Kemesraan dibalik aksi saling kecam antara AS, Israel, dan Iran

on 19 November 2013


Setiap hari kita selalu mendengar berita tentang ancaman Amerika atau Israel atau dari keduanya bersamaan untuk menggempur Iran dalam waktu dekat, Kecaman terhadap Iran ini mendapat dukungan dari masyarakat dunia.

Pertanyaannya adalah apakah Iran sungguh sangat berbahaya bagi keselamatan masyarakat dunia atau Amerika dan Israel pada khususnya? Terkadang jawaban sebahagian orang adalah “iya” dengan alasan pengembangan proyek nuklir Iran yang semakin hari semakin gencar dilakukan, juga pernyataan para pemimpin Iran untuk menghancur leburkan Israel (ingin menghapus Israel dari peta dunia) atau yel-yel yang sering di kumandangkan para petinggi Iran di beberapa kesempatan: “binasalah Amerika dan Israel!”

Tapi pada kenyataannya bahwa tidak ada sama sekali tindakan berbahaya dari Iran terhadap Amerika maupun Israel, dan Iran pun tidak berniat sama sekali untuk menyerang Israel dan Amerika.

Sebetulnya Amerika, Israel dan Negara-negara barat lainnya sadar akan hal ini, bahkan mereka juga sadar kalau mereka punya kesamaan kepentingan, sebagai bukti bahwa sesungguhnya Israel pernah menyuplai senjata-senjata canggih kepada Iran saat perang antara Iran dan Iraq, walaupun bukti ini sengaja disembunyikan kepada khalayak.

Namun peran Amerika sangat jelas dalam membantu Iran melalui para pengikutnya aliran Syiah di Iraq yang mana mereka selalu melaksanakan seluruh komando/perintah Amerika, namun yang sangat ironis dan kasat mata adalah bantuan ini dibiayai oleh bangsa arab yang Sunni.

Kalau betul-betul Amerika merasa terancam oleh Iran, maka sebenarnya Amerika beserta sekutunya tidak akan pernah bisa menaklukkan Iraq dan berhasil membunuh jutaan jiwa warga Arab Sunni di Iraq.

Sebaliknya Amerika dan Iran punya kesamaan kepentingan di Iraq, karena kalau tidak, tentunya Amerika akan lebih memilih Arab Sunni untuk mengatur masalah-masalah penting tentang kenegaraan, dan akan mendukung penuh tentara sunni sampai tidak ada lagi ruang kesempatan bagi Iran untuk masuk wilayah Iraq.

Setidaknya Amerika akan memberikan kesempatan lebih banyak terhadap warganegara Iraq yang sefaham dengan para pemimpin Negara teluk yang telah dianggap oleh Amerika sebagai “teman”, atau dengan kata lain sebagai anugerah (hadiah) dalam pertemanan antara mereka.

Amerika adalah pewaris tunggal bangsa barat dalam hal kebenciannya terhadap Islam, Amerika juga mengetahui bahwa pemerintahan Syiah aliran keras di Iran pun memiliki kebencian yang sama terhadap Islam.

Nenek moyang warga Iran adalah berasal dari kaum “Shafawiyyah”, yang membela umat Nasrani di Eropa pada saat perluasaan Dinasti Utsmaniyyah di Eropa. Mereka (Syiah di Iran) adalah merupakan benteng pertahanan pertama dari serangan-serangan yang diluncurkan oleh tentara Utsmaniyyah.

Pada saat yang sangat penting ini (perluasan Dinasti Utsmaniyyah di Eropa), mereka menyalakan api revolusi dengan mengambil alih kekuasaan di beberapa wilayah islam dari pemerintahan pusat. Sehingga para panglima Dinasti Utsmaniyyah terpaksa menarik mundur pasukannya dari Eropa guna mengatasi hal ini, padahal beberapa kota besar di Eropa telah akan berhasil di taklukkan.

Kiranya timbul satu pernyataan dari para pembaca: Jika demikian/Jika hubungan antara Amerika, Negara Barat, Israel dan Iran baik-baik saja, maka apa rahasia dibalik perang pernyataan dan ancaman yang dilontarkan oleh para pemimpin Negara Barat dan Amerika terhadap Iran yang selalu kita dengar siang dan malam?

Jawabnya adalah sebetulnya Negara Barat, khususnya Amerika dengan persetujuan Iran, mereka ingin memeras kekayaan yang dimiliki oleh Negara-Negara Arab, karena dengan semakin diperlihatkannya kekuatan senjata Iran, akan menambah rasa ketakutan Negara-Negara Arab. Sehingga Negara-Negara Arab akan serta merta bergegas meminta perlindungan kemanan dari Amerika dengan membeli senjata-senjata canggih, kemudian disimpan sampai pada waktunya digunakan.

Dengan cara menjalin kerjasama pertahanan, hingga akhirnya Amerika bisa leluasa mengontrol kondisi kemanan di Negara-Negara Arab, bahkan bisa menyusup mengintervensi urusan dalam negeri mereka, leluasa menyusup sentra-sentra penting seperti pendidikan dan sosial budaya dengan cara menawarkan management/metodelogi Barat kepada Negara-Negara Arab sebagai syarat terlaksananya jalinan kesepakatan pertahanan stabilitas dan kemanan Negara dimaksud.

Adapun kepentingan Iran dari semua ini adalah untuk memperlihatkan kekuatan persenjataannya yang besar kepada wilayah sekitar. Pernyataan-pernyataan keras Amerika dan Negara-Negara Barat yang seolah mengintimidasi Iran hanya untuk membuat Negara-Negara Arab takut.

Semakin di intimidasi, Iran akan merasa diatas angin, menuntut terlalu banyak sampai-sampai Iran pernah mencoba untuk merubah metode keagamaan di beberapa Negara Teluk sesuai dengan fahamnya yang sesat. Walaupun jumlah Syiah (di Iraq) sedikit, namun mereka mampu mengkebiri dan mengembargo ulama sunni yang mayoritas. Mereka yakin bahwa Amerika akan selalu membela walaupun dengan dalih “melindungi kaum minoritas.”

Agar dapat lebih mengetahui bahwa terlalu dibesarkan-besarkannya informasi tentang kekuatan Iran di beberapa media massa, saya mengajak pembaca yang budiman untuk membandingkan antara Negara Iran yang jumlah penduduknya sekitar 70 juta jiwa dan masih dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil dan hukum yg memprihatinkan, dengan Negara Negara sunni lainnya seperti Mesir atau Turki, kedua Negara ini berpenduduk sekitar 75 juta jiwa, stabil dalam masalah hukum, tatanan kepemimpinan, dan kekuatan tentaranya jauh lebih hebat dari Iran dari semua sisi.

Jika kita sudah tahu kenyataan sebenarnya dibalik ancaman-ancaman Amerika dan Israel terhadap Iran yang hanya bertujuan untuk menguras kekayaan Negara-Negara Arab, agar Amerika dapat berkuasa menentukan kebijakan terkait masalah keamanan, unjuk kekuatan Iran, dan agar ajaran syiah bisa masuk di Negara –Negara Arab, maka apa yang harus dilakukan untuk menghadapi semua ini?

Yang harus dilakukan adalah menantang/mengajak seluruh Negara Arab Sunni, minimal Negara Teluk untuk lebih cermat menggunakan kekayaannya. Pertama, lebih baik mengalihkan sebagian biaya pembelian senjata untuk membiayai para ahli teknologi dari beberapa Negara Islam, khususnya dari Negara-Negara Islam yang dulu pernah dibawah naungan Federasi Rusia. Mereka adalah para ahli yang sangat kompeten.

Bangun pabrik-pabrik senjata canggih, karena senjata yang demikian inilah (yang dirancang oleh para ahli muslim) senjata yang benar benar dapat memperkuat Islam, tidak seperti senjata-senjata yang selama ini di import dari Amerika. Sehebat dan secanggih apapun senjata buatan musuh, mereka pasti sudah perhitungkan dan membatasi kekuatannya. (Tinjau kemballi pernyataan Amerika terhadap Israel saat menjual senjatanya kepada Arab Saudi yang merupakan transaksi jual beli senjata terbesar sepanjang sejarah)

Kedua, mengalihkan sebagian uang yang lainnya untuk mendukung segala kegiatan guna mengembalikan kesadaran muslim sunni di seluruh dunia untuk bersatu, sebab inilah benteng keamanan yang paling utama dalam menjaga segala ancaman dan bahaya kaum syiah.

Sebagaian orang berkata: “sangat mustahil terjadi, khususnya jika terkait dengan menyadarkan/menyatukan Negara-Negara Arab Sunni.”

Untuk menepis perkataan ini, kita harus tegas dan yakin bahwa tidak ada jalan keluar yang lain selain harus bersatu, jika tidak , kita akan dipecah belah seperti yang telah dilakukan oleh bangsa Persia dan Romawi terhadap bangasa arab sebelum Nabi Muhammad di utus menjadi Arab Ghassasanah dan Munadzarah.

Akhirnya, walaupun Israel akan melaksanakan niatnya menghancurkan Iran, sesungguhnya yang akan dihancurkan leburkan pertama kali adalah wilayah Negara-Negara Arab. Pada waktunya Iran hanya akan berhadapan dengan kekuatan Amerika saja yang pada saat itu telah berlabuh di Negara-Negara Teluk.

Setelahnya Negara-Negara Arab akan menjadi rata dan menjadi tempat persemaian pihak yang menang, sama halnya seperti yang terjadi di Mesir dan sekitarnya ketika peperangan yang terjadi antara Persia dan Romawi sebelum nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diutus, Mesir dan sekitarnya mengalami kehancuran sebanyak dua kali, pertama ketika Persia menang dan kedua ketika Romawi.

Oleh: DR. Ahmad Abdul Majid Abdul Haq (Dir. Pusat kajian sejarah dan peradaban Al Syarq, Cairo)

Misteri Perkumpulan Kipas Hitam di Indonesia.

on 16 November 2013
Organisasi Kipas Hitam, sebuah perkumpulan rahasia propaganda  Jepang dalam membentuk perlawanan kepada sekutu


Meski kalah perang, Jepang tak mau menyerah begitu saja. Untuk menghadapi Sekutu, dibentuklah sejumlah perkumpulan rahasia. Anggota Kipas Hitam membantu gerakan Dood alle Inlanders (bunuh semua bangsa Indonesia).

Setelah Jepang menyerah terhadap Sekutu pada 14 Agustus 1945, Departemen Propaganda (Sendenbu) di bawah pimpinan Hitoshi Shimizu berusaha melakukan perlawanan. Dia mendirikan perkumpulan rahasia Ular Hitam, berisi orang-orang Indo-Belanda bermarkas di Bogor; Chin Pan, menampung orang-orang Tionghoa; dan yang terpenting adalah Kipas Hitam.

“Kipas Hitam dibentuk untuk mempersiapkan orang-orang Indonesia melakukan perang kemerdekaan di bawah bimbingan Jepang,” tulis Joyce C. Lebra dalam Tentara Gemblengan Jepang.

Menurut Aiko Kurasawa dalam Mobilisasi dan Kontrol, Shimizu adalah seorang propagandis profesional yang memulai kariernya di China pada 1930-an. Dia kembali ke Jepang pada 1940 dan bergabung dengan Persatuan Pembantu Pemerintahan Kekaisaran (Taisei Yokusankai), organisasi massa bentukan pemerintah Jepang, yang kemudian menjadi model bagi Jawa Hokokai. Dia juga bergabung dengan Toa Remmei (Federasi Asia Timur). 

Shimizu, sebagai dikutip Lebra, ingat, “Saya berafiliasi dengan Toa Remmei di masa lalu, dan saya punya gagasan untuk mengembangkannya di Indonesia sebuah gerakan spiritual populer yang mencerahkan, yang bisa disebut sebagai gerakan Asia.”

Shimizu sempat berhenti dan bekerja di Biro Penerangan Kabinet (Naikaku Johokyoku), hingga ditarik oleh Angkatan Darat ke-16 sebagai atase sipil yang bertugas militer dan bertanggungjawab atas propaganda di Indonesia. Di sinilah ide-idenya direalisasikan, dengan membentuk organisasi-organisasi massa yang akan dimobilisasi untuk memberi dukungan politik bagi kepentingan perang Jepang.

Shimizu dekat dengan orang-orang Indonesia, dari kalangan pemuda maupun tokoh nasional seperti Sukarno-Hatta. Dia memberikan rumah di Pegangsaan Timur 56 dan mobil limusin Buick –kelak menjadi mobil kepresidenan– untuk Sukarno. Menjelang proklamasi, dia membantu mencarikan kain merah putih untuk bahan Fatmawati membuat bendera.

Dia berperan dalam pembentukan organisasi massa yang menggerakkan dukungan politik bagi Jepang: Gerakan Tiga-A (Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia), Pusat Tenaga Rakyat, Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Rakyat), dan Shuisintai (Barisan Pelopor). 

Dia juga mendirikan Asrama Angkatan Muda di Menteng 31, yang menyediakan tempat bagi para pemuda untuk mendapatkan pendidikan politik. Pembentukan sejumlah perkumpulan rahasia menjadi salah satu upaya terakhirnya di tengah kekalahan perang Jepang.

Kipas Hitam bukanlah khas Indonesia. Menurut R-H. Barnes dalam Fransiskus/Usman Buang Duran: Catholic, Muslim, Comunist, Kipas Hitam bersama Banteng Hitam dan Naga Hitam merupakan bagian dari Perkumpulan Naga Hitam (Kokuryukai). 

Perkumpulan Naga Hitam merupakan kelompok ultranasionalis paramiliter Jepang yang dibentuk pada 1901 oleh Ryohei Uchida. Perkumpulan ini menerbitkan jurnal dan menggelar sekolah pelatihan spionase, yang dikirim untuk mengumpulkan informasi dari Rusia, Manchuria, Korea, dan China. Selain itu, organisasi ini menekan para politisi Jepang agar mengadopsi kebijakan luar negeri yang kuat. Kokuryukai mendukung Pan-Asianisme.

“Para anggota Perkumpulan Naga Hitam melakukan aksi bersenjata, provokasi dan pembunuhan guna kepentingan rezim kekaisaran. Terutama saat penaklukan Manchuria (China), mereka melakukan pembunuhan dan propaganda yang aktif dan efektif,” tulis Peter Schumacher dalam Een Bende op Java.

Di Indonesia, suratkabar Persatoean mengindikasikan bahwa dana pembentukan Kipas Hitam berasal dari “fonds kemerdekaan” yang dikumpulkan Jepang selama pendudukan. Fonds ini dimaksudkan untuk kegiatan pemuda, pendidikan, dan bantuan bagi rakyat miskin. “Yang harus bertanggung jawab atas sebagian besar propaganda ini ialah Hitoshi Shimizu,” tulis Persatoean, 9 Mei 1946.

Tapi Shimizu tak bisa mengawal perkumpulan rahasianya. Dia keburu ditangkap Sekutu pada akhir 1945. Dia diinterogasi di Jakarta dan mengaku bertanggung jawab atas propaganda supaya penduduk membeci segala bangsa berkulit putih, terutama Belanda, “dan menyusun gerakan rahasia yang akan mampu bekerja atas kemauan sendiri, bila Jepang terpaksa menyerah sendiri, dia mendirikan Kipas Hitam,” tulis Soeloeh Ra’jat, 23 Agustus 1946.

Tanpa Shimizu, Kipas Hitam terus berjalan. Keberadaannya bahkan menarik perhatian banyak pemuda, dan juga Sutan Sjahrir. Dalam pamfletnya Perdjoengan Kita, Sjahrir menulis betapa perkumpulan rahasia Jepang, termasuk Kipas Hitam, mulai memberi pengaruh pada para pemuda. “Meskipun secara lahir para pemuda membenci Jepang, namun jiwa mereka telah terpengaruh oleh propaganda Jepang, sehingga tingkah laku dan cara berpikir mereka mencontoh Jepang. Ini terlihat dari kebencian mereka terhadap bangsa-bangsa asing, terutama Sekutu dan Belanda,” tulis Sjahrir.

Alih-alih melawan Sekutu, Kipas Hitam malah membuat kekacauan di sejumlah tempat. Di Bondowoso, misalnya, ditemukan selebaran dan pamflet, mengatasnamakan Kipas Hitam dan Pedang Samurai, yang berisi ancaman kepada polisi setempat. “Pedang Samurai yang selama perang hanya membuktikan kekejaman terhadap penduduk dan Kipas Hitam yang hanya mengacau dan merusak harus lenyap dari Indonesia,” tulis Pelita Rakjat, 2 Juli 1948.

Anggota Kipas Hitam pun harus berhadapan dengan para pemuda republiken. Soeara Rakjat, 1 Oktober 1945, memberitakan pemuda republiken menangkap 20 anggota Kipas Hitam di stasiun kereta api dan menyita sejumlah senjata. Penangkapan dilakukan oleh para pemuda kereta api, Barisan Pelopor, polisi, dan lain-lain. Pemuda kereta api juga menangkap empat anggota lainnya di sebuah terowongan kereta api dan menyita uang sebesar f.50.000.

Di Surabaya, dilakukan razia, terlebih tersiar kabar anggota Kipas Hitam membantu gerakan Dood alle Inlanders (bunuh semua bangsa Indonesia). Menurut Sutomo, para pemuda dan anak kampung sering memberhentikan mobil pembesar Jepang. Setelah berhenti, mereka memaksa penumpang turun, dan menginterogasi apakah kenal gerakan Kipas Hitam atau tidak. Jika tak kenal, mereka boleh melanjutkan perjalanan tapi dengan berjalan kaki. Mobil disita. “Alasan mencari kaki tangan Kipas Hitam terus digunakan oleh rakyat dan pemuda dalam usaha menambah jumlah kendaraan untuk Republik Indonesia,” kata Sutomo dalam Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan Pengalaman Seorang Aktor Sejarah.

Gerakan Kipas Hitam perlahan memudar.

Di kemudian hari, Shimizu tetap menjalin kontak dengan Indonesia. Dia membentuk Asosiasi Kebudayaan Jepang-Indonesia dan, setelah tahun 1964, berusaha menghubungkan perkumpulan kebudayaannya dengan Lembaga Persahabatan Indonesia-Jepang, yang diketuai Ratna Sari Dewi sejak Mei 1964. Dia kembali mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh yang pernah dia kenal di zaman Jepang pada 1977, termasuk menemui Fatmawati.





Media Kerap Rusak Ukhuwah Islamiyah Indonesia-Malaysia

on 7 November 2013


Ditemui di sela-sela program “Kepemimpinan Muslim Muda Indonesia-Malaysia” yang diadakan di Bogor (05/11/2013), Direktur Eksekutif Institite of Islamic for The Studies of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) Adnin Armas, MA menjelaskan urgensi membangun ukhuwah antar muslim Indonesia dan Malaysia.

“Sebagai muslim, kita harus melihat buruknya persepsi hubungan Indonesia-Malaysia sebagai hal yang tidak baik. Apalagi biasanya konflik antar dua negara ini muncul dari pandangan nasionalisme sempit dan budaya jahiliyah,” ujarnya.

Sementara itu umat Islam, baik di Indonesia dan Malaysia menghadapi tantangan yang sama dalam berbagai masalah. Adnin Armas memberi contoh lewat dunia perpolitikan, ekonomi dan budaya Indonesia-Malaysia yang sama-sama berada di bawah ancaman dominasi asing.

“Permasalahan kita (Indonesia-Malaysia) sama, dan sudah seharusnya kita memulai untuk saling belajar dari satu sama lain, karena walau umat Islam di serantau melayu ini secara kuantitas cukup banyak tapi miskin kualitas,” jelas pria asal Aceh ini.

Menghadapi kompleksitas permasalahan ini, Adnin Armas juga berpesan kepada umat Islam di serantau Melayu agar tidak mudah terpancing oleh berita-berita media sekuler dan statement politikus yang jauh dari nilai-nilai Islam.

“Media mainstream tentunya tidak punya kepedulian akan terbinanya ukhuwwah Islam di serantau Melayu, apalagi banyak berita-berita mereka yang justru memperluas sentimen negatif di dua pihak. Kita juga harus kritis terhadap statement dari para politikus (berhaluan non Islam) yang sering dijadikan pegangan oleh masyarakat, padahal belum tentu statement tersebut bisa dipegang dan dipercaya,” tutupnya. (WartaNusantara)

“Rahmah El Yunusiah Sangat Layak Menjadi Pahlawan Nasional”


PENDIRI Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang – Hajjah Rahmah El Yunusiah – sangat layak kalau seandainya menjadi pahlawan nasional. Karena pada hari ini, kita bisa menyaksikan peninggalan beliau yang sangat begitu besar, yaitu peninggalan yang begitu bermanfaat dan tidak ternilai, yang telah memberikan kontribusi besar untuk agama, bangsa dan Negara yang kita cintai. Demikian disampaikan Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali ketika memberikan sambutan  pada Milad Perguruan Diniyah Putri yang ke- 90 di Padang Panjang, Ahad, lalu.


“Salut serta hormat setinggi-tingginya kepada Bunda Rahmah El Yunusiah,” ujar Menag.
Menteri Agama Suryadharma Ali dalam sambutannya mengutip dan menggarisbawahi ucapan Mantan Menteri Agama Almarhum Prof.Dr Mukti Ali sewaktu kunjungan beliau ke Diniyah Putri Padang Panjang tahun 1978. Beliau mengatakan “Kalau pada waktu sekarang orang mendirikan sekolah adalah hal yang biasa, akan tetapi pada waktu yang lalu – pada tahun 1923 -, dimana orang menganggap wanita itu haram masuk sekolah, ada orang yang berani mendirikan sekolah khusus untuk wanita seperti ibu Rahmah, maka itu adalah hal yang luar biasa.
“Bisa dibayangkan, tahun 1923, seorang perempuan berusia 23 tahun yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang begitu luas, mempunyai cita-cita, mimpi, gagasan dan sekaligus membuktikan cita-citanya itu, mimpinya itu menjadi kenyataan,” terang Menag.
Menurut Menag,  pandangan dan pemikiran Bunda Rahmah El Yunusiah bahwa mendidik seorang laki-laki berarti mendidik seorang manusia, sedangkan mendidik seorang perempuan berarti mendidik suatu keluarga dalam rumah tangga akan tetap relevan sampai kapan pun.
“Di sinilah letak pentingnya Diniyah Putri, dan di situlah pentingnya Bunda Rahmah yang telah meninggalkan jasa sangat begitu besar, bukan untuk tanah Minang saja tetapi juga untuk seluruh Indonesia bahkan untuk dunia,” ujar Menag.
“Oleh karenanya, dengan  mencermati presentasi yang ada, sudah sangat layak kalau seandainya Bunda Rahmah el Yunusiah menjadi pahlawan nasional”, tandas Menag.
Dalam kesempatan tersebut, Menag akan membantu untuk meyakinkan kepada pihak- pihak yang memiliki kompetensi memberikan gelar pahlawan nasional.
Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang, lanjut Menag, terwujud karena dorongan dan cita – cita dari sosok Bunda Rahmah El Yunusiah yang ingin mengangkat harkat dan derajat kaum perempuan melalui pendidikan karena tidak rela anak perempuan hanya mendapatkan pendidikan rendah saja.
“Dia menginginkan kaum perempuan diberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada”, imbuh Menag.