BABAK BARU

on 11 September 2016
Babak Baru 

Mengingat aljabar adalah ilmu kehidupan, maka secara aljabar analitik dapatlah diketahui dengan jelas bahwa kedudukan konsep dan metoda yang diajukan oleh Machiavelli di dalam membangun dan mempertahankan kekuasaan berada di dalam kwadran III bersama-sama dengan seluruh konsep dan metoda turunan despotisme lainnya yang berkaitan dengan membangun dan mempertahankan kekuasaan.

Yang menarik lagi adalah bahwa founding fathers kita telah membangun konsep dan metoda untuk membangun kekuasaan dan mempertahankannya secara unique, yang seringkali disebut Pancasila sebagai dasarnya Indonesia merdeka dan dasar negara.

Uniknya adalah bahwa kekuasaan dibangun melalui pembentukan sikap keberpihakan kepada yang satu dan kemudian kekuasaan yang sudah dipegang itu dipertahankan pada wilayah publik sebagai bentuk mufakat, yang sarat dengan ilmu dan karya nyata.

Walaupun, secara nyata konsep dan metoda Pancasila sebagai dasarnya Indonesia merdeka dan dasar negara ini belum pernah dijalankan sama sekali baik oleh generasi founding fathers dan generasi penerusnya hingga sekarang.

Hal ini dikarenakan masa-masa founding fathers memimpin sarat dengan periode-periode peralihan dan pergantian tatanan sistem kekuasaan, yang kemudian dapat diredam hingga Juli 1959, dimana DEKRIT PRESIDEN RI secara pasti dan konsisten mampu mengembalikan NKRI sebagai negara kebangsaan dengan diberlakukannya kembali UUD 1945 yang didasarkan kepada Pancasila.

Tetapi, apa yang sudah dihasilkan oleh founding fathers berulang kembali tidak dapat diteruskan untuk dilaksanakan secara nyata oleh generasi penerusnya, karena mayoritas generasi penerus atau bahkan seluruh orang-orang Bangsa Indonesia itu buta akan kebenaran dari lintasan kebenaran perjalanan sejarah bangsanya.

Sehingga, para elit bangsanya tidak mampu atau bahkan tidak memiliki kemampuan untuk memaknakan dan mengaplikasikan secara nyata kebenaran-kebenaran lintasan perjalanan sejarah bangsa tersebut sebagai landasan tatanan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara Bangsa Indonesia yang telah terbangun secara utuh dan unique dalam tatanan sistem NKRI.

Padahal, bila para elit Bangsa Indonesia tidak buta akan lintasan kebenaran perjalanan sejarah bangsanya, maka konsep dan metoda membangun dan mempertahankan kekuasaannya sangatlah jelas berada di dalam wilayah kwadran I.

Analisa atas keberadaan konsep dan metoda tersebut dengan menggunakan alajabar analitik akan dapat disebut sebagai postulat yang akan membawa Indonesia menjadi mercusuar dunia, bila orang-orang Bangsa Indonesia mau merenung dan tidak enggan berfikir yang direalisasikan dalam bentuk karya nyata sebagai realisasi atas ilmu dan konsep serta metoda yang orisinal dibangun dari negerinya sendiri.

Diterimanya asumsi bahwa "kepentingan yang sama" adalah merupakan kawan sejati dan kawan abadi, maka diagonal kwadtan III dan diagonal kwadran I akan 'lurus' bersambung secara kontinyu.

Begitu juga, menarik untuk disimak adanya konsep dan metoda anarkisme dan pragmatisme di dalam membangun kekuasaan di dunia yang berada di dalam wilayah kwadran II dan wilayah kwadran IV, secara berurutan.

Misalnya, demokrasi sebagai tindakan anarkis secara sistemik dalam membangun kekuasaan, keberadaannya berada di dalam wilayah kwadran II.

Oleh karenanya, terkadang konsep dan metodanya tersebut tampak berada di dalam wilayah kwadran III dan juga seringkali 'seakan-akan' tampak berada di dalam wilayah kwadran I.

Disinilah keunggulan konsep dan metoda demokrasi di dalam membangun dan mempertahankan kekuasaan sebagai derivatif zionisme yang seringkali atau bahkan pasti mengecoh anak-anak bangsa-bangsa di dunia yang enggan berfikir, yang pada akhirnya, mereka gandrung dengan demokrasi, yang tanpa disadari hidupnya telah terbentuk mirip menyerupai bunglon.

Demokrasi dengan penetapan jumlah suara melalui proses rekayasa politik sosialnya telah membentuk karakteristik manusia-manusia bunglon baik secara personal maupun secara kelompok dari setiap bangsa-bangsa di dunia yang menggunakan dan menjalankannya.