Membedah Sisi Linguistik Kalimat Pak Basuki Tjahja Purnama (Ahok).

on 7 November 2016
Membedah Sisi Linguistik Kalimat Pak Basuki Tjahja Purnama (Ahok).


Sebenarnya saya sudah merasa jenuh untuk membahas hal ini. Namun nurani saya terusik saat pembela Pak Basuki berdalih tidak ada yang salah dengan kalimat Pak Basuki. Salah satu yang membuat saya heran adalah pernyataan Pak Nusron Wahid yang notabenya adalah tokoh NU.

Baik, dalam hal ini saya tidak akan berpolemik masalah agamanya (jelas saya bukan ahli). Hal ini akan lebih difokuskan untuk membedah sisi linguistik, sisi kaidah bahasa yang beliau gunakan.

Ini adalah potongan kalimat beliau :

*“Dibohongin pakai surat Al Maidah 51 macam-macam..”*

Sengaja saya fokuskan pada kalimat yang menimbulkan polemik ini. Saya sudah melihat keseluruhan video, dan memang masalahnya ada pada frasa ini.

*Terjemahan versi sebagian besar orang* : Pak Basuki menistakan surat Al Maidah. Al Maidah 51 dibilang bohong oleh Pak Basuki.

*Terjemahan versi pembela Pak Basuki* : Pak Basuki tidak menistakan Al Maidah 51. Dia menyoroti orang yang membawa surat Al Maidah 51 untuk berbohong.

Mari kita bedah dengan kepala dingin. Jika kita ubah kalimat di atas dengan struktur yang lengkap maka akan menjadi seperti ini :
“Anda dibohongin orang pakai surat Al Maidah 51” – Ini adalah kalimat pasif.

Anda : Objek
Dibohongin : Predikat
Orang : Subjek
Pakai surat Al Maidah 51 : Keterangan Alat

Dengan struktur kalimat seperti ini, jelas yang disasar dalam kalimat Pak Basuki adalah SUBYEK nya. Yaitu “orang ” . Dalam hal ini orang yang menggunakan surat Al Maidah 51.

Karena Surat Al Maidah 51 di sini hanya sebagai keterangan alat yang sifatnya NETRAL. Saya analogikan dengan struktur kalimat yang sama seperti ini :

“Anda dipukul orang pakai penggaris.”

Struktur kalimat di atas sama, yaitu : OPSK . Jenis kalimat pasif. Subyek ada pada orang. Sedangkan penggaris merupakan keterangan alat yang bersifat netral.

Di sini menariknya.

Penggaris memang bersifat netral. Bisa dipakai menggaris, memukul dan yang lainnya tergantung predikatnya. Yang menentukan apakah si penggaris ini fungsinya menjadi positif atau negatif adalah predikatnya.

Nah, masalahnya adalah apakah Surat Al Maidah 51 bisa digunakan sebagai alat untuk berbohong?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bohong/bo•hong/ berarti tidak sesuai dengan hal (keadaan dan sebagainya) yang sebenarnya; dusta:

Dan inilah arti dari surat Al Maidah 51 tersebut : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”

Makna dari surat Al Maidah 51 tersebut sudah sangat jelas. Bukan kalimat bersayap yang bisa dimultitafsirkan. Tanpa dibacakan oleh orang lain, seseorang yang membaca langsung Surat Al Maidah 51 pun mampu memahami artinya.

*Kesimpulan saya, dengan makna sejelas ini surat Al Maidah 51 TIDAK BISA DIJADIKAN ALAT UNTUK BERBOHONG.

Jadi ketika Pak Basuki berkata dengan kalimat seperti itu, sudah pasti dia menyakiti umat islam karena menempatkan Al Maidah 51 sebagai “keterangan alat” yang didahului oleh predikat bohong. Menempelkan sesuatu yang suci dengan sebuah kata negatif, itulah kesalahannya.*

Sebuah logika yang sama dengan kasus seperti ini :

Seseorang Ustadz menghimbau jamaahnya : "Jangan makan babi, Allah mengharamkannya dalam Surat Al Maidah ayat 3".
Pedagang babi lalu komplain. "Anda jangan mau dibohongi Ustadz pake Surat Al Maidah Ayat 3".

atau Seseorang Ustadz menghimbau jamaahnya, " Al Quran mengharamkan khamr dan judi dalam Surat Al Maidah ayat 90".
Bandar judi dan produsen vodka pun protes, "Anda jangan mau dibohongi Ustadz pakai Surat Al Maidah Ayat 90. "

Jika Anda sudah membaca arti Surat Al Maidah Ayat 3 dan 90 , mana yang akan Anda percaya? Ustadz yang memberitahu Anda atau Pedagang Babi, Khamr, dan Bandar Judinya ?

Itu pilihan Anda. Namun sebagai orang yang mengaku muslim, jika Al Qur’an dan As Sunnah tidak menjadi pegangan utama kita, apakah kita masih layak menyebut diri kita muslim?

BABAK BARU

on 11 September 2016
Babak Baru 

Mengingat aljabar adalah ilmu kehidupan, maka secara aljabar analitik dapatlah diketahui dengan jelas bahwa kedudukan konsep dan metoda yang diajukan oleh Machiavelli di dalam membangun dan mempertahankan kekuasaan berada di dalam kwadran III bersama-sama dengan seluruh konsep dan metoda turunan despotisme lainnya yang berkaitan dengan membangun dan mempertahankan kekuasaan.

Yang menarik lagi adalah bahwa founding fathers kita telah membangun konsep dan metoda untuk membangun kekuasaan dan mempertahankannya secara unique, yang seringkali disebut Pancasila sebagai dasarnya Indonesia merdeka dan dasar negara.

Uniknya adalah bahwa kekuasaan dibangun melalui pembentukan sikap keberpihakan kepada yang satu dan kemudian kekuasaan yang sudah dipegang itu dipertahankan pada wilayah publik sebagai bentuk mufakat, yang sarat dengan ilmu dan karya nyata.

Walaupun, secara nyata konsep dan metoda Pancasila sebagai dasarnya Indonesia merdeka dan dasar negara ini belum pernah dijalankan sama sekali baik oleh generasi founding fathers dan generasi penerusnya hingga sekarang.

Hal ini dikarenakan masa-masa founding fathers memimpin sarat dengan periode-periode peralihan dan pergantian tatanan sistem kekuasaan, yang kemudian dapat diredam hingga Juli 1959, dimana DEKRIT PRESIDEN RI secara pasti dan konsisten mampu mengembalikan NKRI sebagai negara kebangsaan dengan diberlakukannya kembali UUD 1945 yang didasarkan kepada Pancasila.

Tetapi, apa yang sudah dihasilkan oleh founding fathers berulang kembali tidak dapat diteruskan untuk dilaksanakan secara nyata oleh generasi penerusnya, karena mayoritas generasi penerus atau bahkan seluruh orang-orang Bangsa Indonesia itu buta akan kebenaran dari lintasan kebenaran perjalanan sejarah bangsanya.

Sehingga, para elit bangsanya tidak mampu atau bahkan tidak memiliki kemampuan untuk memaknakan dan mengaplikasikan secara nyata kebenaran-kebenaran lintasan perjalanan sejarah bangsa tersebut sebagai landasan tatanan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara Bangsa Indonesia yang telah terbangun secara utuh dan unique dalam tatanan sistem NKRI.

Padahal, bila para elit Bangsa Indonesia tidak buta akan lintasan kebenaran perjalanan sejarah bangsanya, maka konsep dan metoda membangun dan mempertahankan kekuasaannya sangatlah jelas berada di dalam wilayah kwadran I.

Analisa atas keberadaan konsep dan metoda tersebut dengan menggunakan alajabar analitik akan dapat disebut sebagai postulat yang akan membawa Indonesia menjadi mercusuar dunia, bila orang-orang Bangsa Indonesia mau merenung dan tidak enggan berfikir yang direalisasikan dalam bentuk karya nyata sebagai realisasi atas ilmu dan konsep serta metoda yang orisinal dibangun dari negerinya sendiri.

Diterimanya asumsi bahwa "kepentingan yang sama" adalah merupakan kawan sejati dan kawan abadi, maka diagonal kwadtan III dan diagonal kwadran I akan 'lurus' bersambung secara kontinyu.

Begitu juga, menarik untuk disimak adanya konsep dan metoda anarkisme dan pragmatisme di dalam membangun kekuasaan di dunia yang berada di dalam wilayah kwadran II dan wilayah kwadran IV, secara berurutan.

Misalnya, demokrasi sebagai tindakan anarkis secara sistemik dalam membangun kekuasaan, keberadaannya berada di dalam wilayah kwadran II.

Oleh karenanya, terkadang konsep dan metodanya tersebut tampak berada di dalam wilayah kwadran III dan juga seringkali 'seakan-akan' tampak berada di dalam wilayah kwadran I.

Disinilah keunggulan konsep dan metoda demokrasi di dalam membangun dan mempertahankan kekuasaan sebagai derivatif zionisme yang seringkali atau bahkan pasti mengecoh anak-anak bangsa-bangsa di dunia yang enggan berfikir, yang pada akhirnya, mereka gandrung dengan demokrasi, yang tanpa disadari hidupnya telah terbentuk mirip menyerupai bunglon.

Demokrasi dengan penetapan jumlah suara melalui proses rekayasa politik sosialnya telah membentuk karakteristik manusia-manusia bunglon baik secara personal maupun secara kelompok dari setiap bangsa-bangsa di dunia yang menggunakan dan menjalankannya.

Kebangkitan Komunis Indonesia Dalam Lingkaran Jokowi

on 5 Februari 2016

Membongkar... Benarkah Terjadi Kebangkitan Komunis Indonesia Dalam Lingkaran Jokowi?
Menguatnya faksi komunis di internal PDIP & rencana besar mereka kuasai RI. Bahaya komunisme atau paham komunis tidak boleh dianggap enteng, jagan diremehkan. Komunis tidak pernah mati. Mereka hanya tiarap sementara.
Komunisme sempat "mati suri" pasca runtuhnya uni sovyet dan komunisme eropa timur. Tapi komunisme china makin kuat & bermetamorfosis. Komunisme Indonesia sama saja. Tidak pernah mati. Mereka kini bangkit kembali, menguat, menyusup kemana-mana, termasuk ke PDIP dan Pilpres.
Kebangkitan kembali komunisme Indonesia sedang terjadi. Mereka siap-siap merebut kekuasaan tanpa disadari rakyat Indonesia. Apa buktinya? Bukti 1. kebangkitan komunisme Indonesia, dapat disaksikan dgn banyaknya acara-acara dan kegiatan-kegiatan yang secara terbuka mengusung isu komunisme.
Budiman Sujatmiko, Rieke "Oneng" Pitaloka, Ribka Tjiptaning, Adian Napitupulu dll, gencar bikin acara-acara usung dan sosialisasikan komunisme. Celakanya, banyak aktifis, tokoh-tokoh, politisi-politisi, akademisi, bahkan ulama, tanpa sadar ikut terlibat dan membantu gerakan komunis ini. Mereka sadar atau tanpa sadar mendukung bangkitnya komunis Indonesia yang membonceng isu HAM, demokrasi, hak-hak buruh, anti SARA dst.
Komunis Indonesia mendapat angin hidup kembali ketika Presiden Gus Dur intensif kampanyekan pencabutan TAP MPR Pelarangan Komunisme /PKI. Ditambah lagi sikap dan pandangan keliru banyak Tokoh Indonesia, yang menyamakan larangan terdhadap komunisme sebagai pelanggaran HAM & demokrasi.
Komunisme yang agung-agungkan ateisme, selalu benturkan agama vs negara, raih kekuasaan melalui cara-cara kekerasan = anti Pancasila dan anti agama. Paham komunis era pasca kemerdekaan beda degan komunisme era pra kemerdekaan, dimana saat itu tokoh-tokoh komunis banyak yang kuat agamanya.
Paska kemerdekaan, menguatnya komunisme Soviet dan China, komunis "hijau" sudah lenyap. Yang dominan adalah komunis merah. Musuh Pancasila. Pada 1945 - 1965 komunis menyusup ke TNI, berkuasa di Birokrasi, dominan politik, berpengaruh terhadap Presiden dan meraih simpati rakyat.

Kini, komunisme Indonesia mendapat dukungan dari sejumlah jendral purnawirawan, eksis di politik, dan mulai meraih simpati rakyat. Sejumlah jendral purn binaan atau kader LB Moerdani memanfaatkan tokoh-tokoh komunis Indonesia untuk mewujudkan rencana mereka = hancurkan Islam
Upaya hancurkan Islam adalah bagian dari rencana menguasai Indonesia. Karena Islam adalah kekuatan riel di Indonesia, bersama TNI/Polri.

Anda dapat lihat bagaimana maraknya sentimen anti islam dilancarkan melalui konspirasi global, agen-agennya AWaS, kader-kader Moerdani & komunis. Lihat bagaimana oknum-oknum KPK ditunggangi mereka untuk menghancurkan simbol-simbol islam melalui kasus-kasus korupsi yang melibatkan tokoh partai islam.
Anda lihat bgmn media-media massa dimanfaatkan utk membonsai tokoh-tokoh islam dan mengorbitkan tokoh-tokoh sekuler sebagai IKON di tengah-tengah masyarakat. Anda lihat bagamana media massa sangat gencar mengeksploitasi aib para ulama, ustad dan tokoh islam, baik yg riel atau pun jadi-jadian. Karena Indonesia sekarang anut demokrasi liberal dimana kekuasaan harus diraih melalui partai politik, aktifis-aktifis komunis ramai-ramai masuk partai.
Partai yang paling mengakomodir para tokoh-tokoh komunis ini adalah PDIP. Karena romantisme sejarah atau pun karena pertimbangan praktis. Tokoh-tokoh eks PRD, FORKOT dan ormas-ormas lain berpaham kiri, sosialis utopis, komunis, ramai-ramai masuk PDIP. Sekarang mereka mau kuasai PDIP.
Faksi komunis di PDIP semakin menguat ketika PDIP bekerjasama dengan Partai Komunis China (PKC). PDIP mengirim kader-kadernya belajar ke PKC. Sedikitnya tiga kali atau 3 gelombang pengiriman kader-kader PDIP belajar PKC China. Disana mereka belajar & merevitalisasi ideologi komunis.
Ini delegasi ketiga >> 15 Kader PDIP studi di Partai Komunis China | http://t.co/ANM5lrOxHd http://t.co/QcIRr3YZ2X lewat @merdekadotcom
Sebentar lagi PDIP akan dirikan sekolah Partai. Sebagai follow up hasil studi di Partai Komunis China. Waspadalah http://t.co/YoSy63UsKw
Kerjasama PDIP dan Partai Komunis China ini sudah terjalin serius sejak 2011 lalu http://t.co/ptjuaEwN4y
Kebangkitan Komunisme Indonesia dapat dicermati dari statement
politisi senior PDIP alumnus Partai Komunis China Eva K Sundari akhir-akhir ini.
Eva K Sundari berani serukan:

1. "kader PDIP wajib awasi & inteli kutbah Shalat Jumat"
2. "Situs Islam lebih bahaya daripada situs porno"

Kita tunggu, apakah Eva K Sundari cs berani serukan :

"Islam agama paling berbahaya di Indonesia"
"Umat Islam Indonesia = teroris"

Budiman Sudjatmiko minggu lalu terbang ke Timor Leste temui tokoh partai komunis Fretilin Mari Alkatiri minta dukungan untuk capres Jokowi. Ribuan warga Giriroto Ngemplak Boyolali, Napak Tilas beri dukungan capres Jokowi. Giriroto Boyolali Basis PKI http://t.co/1iv6TNGWSa
Boyolali adalah Basis Terbesar dan Terkuat PKI tahun 60an. Disanalah Pemuda Rakyat, Gerwani, BTI, Girwis, dan ormas-ormas sayap PKI dilatih. Boyolali pusat pengasingan Pasukan Tentara Rakyat dari Batalion Pasopati, yang berontak dan perangi TNI - Pemerintah pasca rasionalisasi
Segitiga Klaten - Solo - Boyolali adalah daerah Basis PKI terkuat dan terbesar di Indonesia. Pusat gerakan komunis. Kini bangkit kembali. Tokoh sesepuh komunis Boyolali, bernama Mbah Pardi pensiunan polisi, kini aktif kembali membina kader-kader muda PKI.
Celakanya, para satgas PDIP Solo dibentuk dan diberi pembekalan pemantapan ideologi oleh Mbah Pardi cs ini. Waspadalah !! Bahkan tanpa diketahui rakyat dan aparat, Partai Komunis Indonesia (PKI) Boyolali pun sudah dirikan dan dilantik http://t.co/1pcmcH68Dx
PKI nyamar jadi komunitas spiritualis jawa yang menyebut dirinya Komunitas Gondosuli (KG). Mereka rutin rapat-rapat gelap sebarkan komunisme. Hasil pengamatan kami, komunitas Gondosuli ini adalah bagian dari faksi komunis aliran sovyet yang bergerilya di bawah tanah/klandestain.
Komunitas Gondosuli jadi kader inti PKI, mereka menyebar kemana-mana : jadi ketua tim sar merapi, jadi kuncen, jadi politisi PDIP dst. Para sesepuh PKI lainnya menyebar dan membaur di sekitar Kota Solo di daerah Joglo Kadipiro, Pajang dst. Di Kota Klaten juga membaur.
Tokoh2 PKI ini berkumpul rutin setiap peringatan G30SPKI, berziarah di lokasi pembantaian PKI dulu, Jembatan Bacem, di selatan Kota Solo. Bagaimana kekuatan PKI di Kota Solo SEKARANG ini? Mari kita ungkap dan bongkar tuntas.
Kebangkitan PKI Solo terkait dengan lengsernya Walikota Solo Slamet Suryanto, yang didukung faksi komunis di PDIP Solo. Tokoh / Kader PDIP yang terkuat menggantikan Slamet Suryanto dan ikut Pilwakot adalah FX Rudyatmo. Namun terbentur agama. Rudy Katolik.
Jika dipaksakan maju sebagai Calon walikota, Rudy pasti kalah. Maka dicarilah figur lain untuk jadi calon walikota. Ditemukanlah Joko Widodo. Siapa yang usulkan nama Joko Widodo pertama kali? Namanya Heru, anggota BIN Jateng, kakak Bupati Boyolali Seno Samudro.
Siapa kepala BIN saat itu? Namanya Jend Purn Hendropriyono. Apa hubungannya?
Maka direstuilah Jokowi dan FX Rudyatmo oleh PDIP Solo terutama oleh Faksi Komunis untuk maju di Pilwalkot Solo thn 2005 lalu. faksi komunis di PDIP Solo itu nyaru / nyamar jadi Faksi Katolik di PDIP Solo. Sudah jadi rahasia umum di Solo.
Siapa ketua Timsesnya? Namanya Michael BIMO Putranto yg adalah "Presiden Pasopati" BIMO PUTRANTO anak Slamet Suryanto eks walikota Solo. Jadi tertawa sendiri ingat Jokowi bilang ke rakyat "Saya Ga Kenal Bimo Putranto. Banyak yang ngaku-ngaku dekat sama saya.
Bimo Putranto orang yang sangat berjasa besar pada Jokowi, dia ditugaskan bapaknya (eks walikota Solo) untuk minta restu ke Heru & Seno. Di samping menjabat Presiden Pasopati, Bimo juga Ketua “Jong Indonesia “ Solo. Grup Preman yang menjadi kaki tangan Walikota Solo.
Jadi, ketika menjabat Walikota Solo, Jokowi sebenarnya hanya jongos Heru, Seno, Slamet Suryanto, Bimo cs Faksi Komunis di PDIP. Walikota Solo Defacto ya FX Rudy Rudiatmo. Jokowi hanya boneka mereka dan tugasnya blusukan kemana-mana, sekalian membangun pencitraan semu.
Rudy di dukung seorang preman tua Pur Wisanggeni, dulu pemilik perjudian besar di Solo Barat yaitu judi capjikia wisanggeni. Selain itu, Jokowi dan Rudy juga didukung penuh eks ormas komunis cina solo : Hoo Hap organisasi persaudaraan rahasia etnis china. Pastinya rakyat Solo ga tahu ormas “Hop Hap” Karena ini organisasi cina rahasia, klandestain. Kalau PMS kenal ga ? Tahu ga ?
PMS : Perkumpulan Masyarakat Surakarta. Pasti warga Solo tahu PMS ini. Tapi tahu ga ?
PMS adalah kamuflase Hop Hap ! Jadi, PETA KEKUATAN KOMUNIS Di SOLO menyebar di PDIP dan ormas-ormas kamuflase - nya. Sudahkah anda jadi komunis hari ini ?


Sejarah Kerajaan Sumedang Larang



Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Kisah Sejarah Kerajaan Sumedang Larang, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Kerajaan Sumedang Larang adalah salah satu kerajaan Islam yang pernah berdiri di Jawa Barat, Indonesia. Namun, popularitas kerajaan ini tidak sebesar popularitas Kerajaan Demak, Mataram, Banten dan Cirebon dalam literatur sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Tapi, keberadaan kerajaan ini merupakan bukti sejarah yang sangat kuat pengaruhnya dalam penyebaraan Islam di Jawa Barat sebagaimana yang dilakukan oleh Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Banten.
Kerajaan Sumedang Larang (kini Kabupaten Sumedang) adalah salah satu dari berbagai kerajaan Sunda yang ada di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Selain itu dikenal juga kerajaan sunda lainnya seperti kerajaan Pajajaran yang juga masih berkaitan erat dengan kerajaan sebelumnya (Galuh), namun keberadaan kerajaan Pajajaran ini berakhir di Pakuan (Bogor) karena serangan aliansi kerajaan Cirebon, Banten dan Demak (Jawa Tengah). Sejak itu, Kerajaan Sumedang Larang menjadi kerajaan yang memiliki otonomi luas untuk menentukan nasibnya sendiri.
Kerajaan Sumedang Larang berasal dari kerajaan Sunda-Pajajaran yang didirikan oleh Prabu Geusan Ulun Adji Putih atas perintah Prabu Suryadewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan ke Padjadjaran, Bogor. Seiring dengan perubahan zaman dan kepemimpinan, nama Sumedang mengalami beberapa perubahan. Yang pertama yaitu Kerajaan Tembong Agung (Tembong artinya nampak dan Agung artinya luhur) dipimpin oleh Prabu Guru Adji Putih pada abad ke XII. Kemudian pada masa zaman Prabu Tadjimalela, diganti menjadi Himbar Buana, yang berarti menerangi alam, dan kemudian diganti lagi menjadi Sumedang Larang (Sumedang berasal dari Insun Medal/ Insun Medangan yang berarti aku dilahirkan, dan larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingnya).
Pada pertengahan abad ke-16, Ratu Pucuk Umun, seorang wanita keturunan raja-raja Sumedang kuno yang merupakan seorang Sunda muslim menikahi Pangeran Santri(1505-1579 M) yang bergelar Ki Gedeng Sumedang dan memerintah Sumedang Larang bersama-sama serta menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut. Pangeran Santri adalah cucu dari Syekh Maulana Abdurahman (Sunan Panjunan) dan cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang Ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekkah dan menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda. Pernikahan Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun ini melahirkan Prabu Geusan Ulun atau dikenal dengan Prabu Angkawijaya.
Prabu Geusan Ulun dinobatkan sebagai Bupati Sumedang I (1580-1608 M) menggantikan kekuasaan Ayahnya, Pangeran Santri. Beliau menetapkan Kutamaya sebagai Ibu kota kerajaan Sumedang Larang, yang letaknya di bagian Barat kota. Wilayah kekuasaannya meliputi Kuningan, Bandung, Garut, Tasik, Sukabumi (Priangan) kecuali Galuh (Ciamis). Kerajaan Sumedang pada masa Prabu Geusan Ulun mengalami kemajuan yang pesat di bidang sosial, budaya, agama, militer dan politik pemerintahan. Setelah wafat pada tahun 1608, putera kandungnya, Pangeran Rangga Gempol Kusumadinata/Rangga Gempol I atau yang dikenal dengan Raden Aria Suradiwangsa menggantikan kepemimpinan ayahnya. Namun, pada saat Rangga Gempol memegang kepemimpinan, pada tahun 1620 M Sumedang Larang dijadikan wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram di bawah Sultan Agung, dan statusnya sebagai ‘kerajaan’ dirubah menjadi ‘kabupaten’ olehnya. Hal ini dilakukan sebagai upaya menjadikan wilayah Sumedang sebagai wilayah pertahanan Mataram dari serangan Kerajaan Banten dan Belanda yang sedang mengalami konflik dengan Mataram.
Sultan Agung memberi perintah kepada Rangga Gempol I beserta pasukannya untuk memimpin penyerangan ke Sampang, Madura. Sedangkan pemerintahan sementara diserahkan kepada adiknya, Dipati Rangga Gede. Hingga suatu ketika, pasukan Kerajan Banten datang menyerbu dan karena setengah kekuatan militer kabupaten Sumedang Larang dipergikan ke Madura atas titah Sultan Agung, Rangga Gede tidak mampu menahan serangan pasukan Banten dan akhirnya melarikan diri. Kekalahan ini membuat marah Sultan Agung sehingga ia menahan Dipati Rangga Gede, dan pemerintahan selanjutnya diserahkan kepada Dipati Ukur. Sekalilagi, Dipati Ukur diperintahkan oleh Sultan Agung untuk bersama-sama pasukan Mataram untuk menyerang dan merebut pertahanan Belanda di Batavia (Jakarta) yang pada akhirnya menemui kegagalan. Kekalahan pasukan Dipati Ukur ini tidak dilaporkan segera kepada Sultan Agung, diberitakan bahwa ia kabur dari pertanggung jawabannya dan akhirnya tertangkap dari persembunyiannya atas informasi mata-mata Sultan Agung yang berkuasa di wilayah Priangan.
Setelah habis masa hukumannya, Dipati Rangga Gede diberikan kekuasaan kembali untuk memerintah di Sumedang. Sedangkan wilayah Priangan di luar Sumedang dan Galuh (Ciamis) dibagi kepada tiga bagian; Pertama, Kabupaten Bandung, yang dipimpin oleh Tumenggung Wirangunangun, Kedua, Kabupaten Parakanmuncang yang dimpimpin oleh Tanubaya dan Ketiga, kabupaten Sukapura yang dipimpin oleh Tumenggung Wiradegdaha/ R. Wirawangsa.
Hingga kini, Sumedang masih berstatus kabupaten, sebagai sisa peninggalan konflik politik yang banyak diinterfensi oleh Kerajaan Mataram pada masa itu. Adapun artefak sejarah berupa pusaka perang, atribut kerajaan, perlengkapan raja-raja dan naskah kuno peninggalan Kerajaan Sumedang Larang masih dapat dilihat secara umum di Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang letaknya tepat di selatan alun-alun kota Sumedang, bersatu dengan Gedung Srimanganti dan bangunan pemerintah daerah setempat.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu meliputi Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.