Teknologi Nirkabel ada manfaatnya

on 26 Oktober 2010
Kenyataan bahwa era globalisasi membuat jarak antara suatu daerah dengan daerah lainnya seolah kabur bahkan tak berjarak lagi serta berimplikasi pada semakin meningkatnya arus informasi yang beredar antar sosial seakan tak bisa terbantahkan lagi. Hal ini tak luput dari peranan teknologi telekomunikasi nirkabel yang merangsang penyebaran informasi ke berbagai lapisan dan ponsel/handphone merupakan salah satu teknologi telekomunikasi yang tak asing lagi di tengah masyarakat serta kerap mengubah peta industri telekomunikasi secara radikal.

Dampak kehadiran telepon genggam pada negara-negara berkembang sama revolusionernya dengan dampak adanya jalan raya, rel kereta api dan pelabuhan, sehingga mempererat kesatuan sosial dan mendorong bangkitnya semangat wirausaha yang merangsang kegiatan perdagangan dan membuka lapangan kerja. Telepon genggam semakin diakui sebagai alat yang sangat berguna dalam upaya mengentas kemiskinan, karena alat ini memotong biaya transaksi, memfasilitasi kegiatan wirausaha dan mampu menggantikan sistem transportasi dan pos-pos yang lamban serta tidak dapat diandalkan.

Peran Information Communication Technology (ICT) telah menjadi semakin penting, bukan hanya sebagai media komunikasi, namun juga sebagai faktor penunjang pembangunan, dan sebagai perangkat untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan pembangunan yang telah disepakati secara internasional, termasuk Millennium Development Goals (MDGs). PBB telah menetapkan sasaran sebesar 50 persen dari penduduk dunia telah memiliki akses kepada jaringan telepon seluler pada tahun 2015. Selain itu, Bank Dunia jug mencatat 77 persen dari penduduk dunia telah masuk dalam cakupan jaringan seluler. Peningkatan sebesar 1 persen dalam penetrasi telepon seluler di sejumlah negara berkembang berkorelasi dengan peningkatan penghasilan per kapita rata-rata sebesar 4,7 persen. Menariknya lagi data yang menunjukkan peningkatan sebesar 1 persen dalam penetrasi seluler di negara-negara berkembang berkaitan dengan peningkatan penghasilan per kapita rata-rata sebesar 10,5 persen.

Melihat populasi penduduk Indonesia yang merupakan nomor lima terbesar di dunia dan mengingat kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan maka dapat dipastikan bahwa kebutuhan akan media teknologi komunikasi informasi (ICT=Information Communication Technology) yang handal menjadi sebuah kemutlakan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dan untuk itu sudah menjadi kewenangan dan tugas para pengambil kebijakan bidang teknologi informasi di negeri ini untuk mulai memikirkan bagaimana mengakselerasikan kemampuan penguasaan teknologi masyarakat kita dibidang teknologi komunikasi informasi yang sudah pasti akan sangat bermanfaat bagi perkembangan pembangunan bangsa dan negara ini kedepan.

Namun, jika melihat kondisi nyata campurtangan pemerintah dalam pengembangan teknologi komunikasi informasi di Indonesia, maka sangatlah disayangkan bahwa perkembangan kemajuan teknologi komunikasi di negara kita ini masih sangat jauh dari yang diharapkan. Masih banyak dibutuhkan pengembangan infrastruktur teknologi komunikasi informasi yang entah mengapa dinegara kita ini bagaikan barang yang sangat mewah sehingga hanya kalangan menengah keatas saja yang dapat menjangkaunya. Kenyataan mahalnya biaya akses internet dan pengadaan fasilitas teknologi komunikasi informasi dapat dilihat dari demikian mahalnya biaya-biaya proyek pengembangan system informasi untuk berbagai aktivitas dan keperluan baik untuk kepentingan dunia usaha maupun pemerintah.

Namun demikian menilik pada kemutlakan akan kebutuhan dan manfaat teknologi komunikasi informasi bagi negara kita, maka mau tidak mau meskipun mahal harus diupayakan jalan keluar untuk mengakselerasikan pengetahuan masyarakat Indonesia di bidang teknologi komunikasi informasi dengan meningkatkan keberadaan infrastruktural dan suprastruktural teknologi komunikasi informasi di Indonesia.

Peluang Industri Seluler di Indonesia

Industri seluler memang begitu menjanjikan. Bukti dari kehadiran perangkatnya telah mencengangkan. Kalau tahun 2000, jumlah pemakai telepon seluler (ponsel) hanya 3,7 juta dan akhir 2004 membengkak lagi hingga sekitar 30 juta, dan pada tahun 2008 telah mencapai lebih dari 100 juta orang atau hampir setengah dari jumlah populasi di Indonesia. Itu pun baru pelanggan seluler yang diperoleh dari tiga operator terbesar, di Indonesia. Belum termasuk pelanggan operator yang beroperasi dengan basis teknologi Code Division Multiple Access (CDMA).

Salah salah satu penyebab peluang besar industri seluler ini tetap terbuka dikarenakan Deployment (penyebaran) ponsel sangat sederhana dan lebih murah dibandingkan PSTN yang membutuhkan modal besar untuk menggelar jaringan fixed line dan cenderung memerlukan waktu yang cukup lama. Selain itu, kebijakan liberalisasi dan kompetisi bagi telekomunikasi dari pemerintah yang menyesuaikan hasil kajian OECD (Organization for Economic Cooperation Development) menunjukkan bahwa kebijakan tersebut telah memicu terjadinya penurunan tarif dan peningkatan kualitas layanan secara berkala di beberapa negara-negara maju, seperti Jepang, Australia, Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis. Hal ini juga berdampak pada perluasan jaringan seluler di Indonesia.

Perkembangan telekomunikasi seluler berkontribusi dalam menciptakan multiplier effect terhadap laju pertumbuhan ekonomi daerah tak bisa terbantahkan lagi. Bahkan secara nasional memberi pengaruh yang signifikan. Menurut hasil studi International Telecommunication Union (ITU) menegaskan bahwa penambahan fasilitas telekomunikasi sebesar 1 (satu) persen akan merangsang pertumbuhan ekonomi hingga tiga persen.

Dengan kata lain, suatu daerah akan tumbuh dengan cepat secara ekonomi apabila jaringan telekomunikasi telah masuk ke daerah tersebut, sebab hasil industri yang telah dihasilkan dapat dengan mudah dipasarkan karena adanya jalur yang terhubung antara produksi dan pasar melalui jaringan tersebut. Selanjutnya, kehadiran bisnis industri seluler pada daerah berdampak terhadap rencana peningkatan perekonomian daerah itu sendiri. Dimana kondisi daerah saat ini lagi giat-giatnya untuk melakukan upaya esktensifikasi atau perluasan-perluasan jenis pendapatannya baik sektor pajak, retribusi, bagi hasil dan sebagainya. Untuk itu, keterbukaan setiap daerah mulai dari tingkat pemerintah provinsi sampai daerah kabupaten/kota adalah hal yang sangat diperlukan.

Menariknya lagi, dalam perkembangan industri seluler itu sendiri, menawarkan banyak peluang investasi mulai dari layanan dengan akses yang begitu luas, baik aplikasi teknologi dan informasi (IT) pengembangan layanan seperti dengan aplikasi layanan M-Banking, Wimax for ATM, serta Mobile EDC (electronic data capture), dan banyak lainnya. Tak ayal lagi, diiringi dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi setiap daerah dan ditambah dengan adanya payung khusus pada daerah tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, maka akan melahirkan kemudahan bagi para operator seluler untuk berekspansi dengan investasinya di hampir semua kabupaten, kota, kecamatan hingga sampai ke desa-desa.

Dan hal tersebut telah dibuktikan selama beberapa tahun terakhir ini menjadi kenyataan, ini ditandai dengan pembangunan infrastruktur, berupa Base Transmission Service (BTS) dan prasarana telekomunikasi seluler lainnya. Untuk saat ini, layanan seluler hampir merata dijangkau di setiap kabupaten/kota yang ada. Namun, masih banyak juga desa-desa terpencil di Indonesia yang belum memiliki prasarana telekomunikasi seluler. Ini menjadi tugas berat pemerintah dan pihak berkompenten (Operator) untuk menjangkau wilayah terisolir guna memperluas fasilitas komunikasi nirkabel itu dalam rangka percepatan pembangunan sampai ke pelosok-pelosok. Disebabkan bahwa telepon seluler (komunikasi) saat ini merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi masyarakat Indonesia yang berjumlah 240 juta jiwa.

Belajar pada Negera Cina

Indonesia harus belajar banyak kepada Cina soal perluasan fasilitas komunikasi nirkabel. Karena Cina telah berhasil melaksanakan program memperluas jangkauan fasilitas komunikasi nirkabel dalam rangka percepatan pembangunan sampai ke wilayah terisolir. Seperti yang kita ketahui Cina adalah pasar seluler terbesar di dunia dengan jumlah pelanggan sebanyak 502 juta jiwa sesuai laporan per Juni 2007 oleh Kementerian Industri Informasi (MII). Namun kesenjangan kesejahteraan dan konektivitas nirkabel antara kota-kota di pesisir timur dengan daerah pedalaman di belahan barat Cina cukup signifikan.

Bahkan menurut laporan MII, penetrasi ponsel di Cina masih di bawah 40 persen, meski di sejumlah kawasan perkotaan mencapai 90 persen. Untuk mengatasi hal tersebut, Cina melaksanakan Proyek yang bernama Wireless Reach, program ini bertujuan memanfaatkan kecanggihan teknologi nirkabel agar memberikan kontribusi positif bagi pembangunan jangka panjang dan kesinambungan masyarakat terbelakang di tiga propinsi di barat Cina, yaitu: Shaanxi, Guizhou dan Ningxia. Bekerja sama dengan China Unicom dan sebuah lembaga swadaya masyarakat internasional, PlaNet Finance, Qualcomm menyumbang 2.000 ponsel CDMA2000 berikut kartu pra-bayar dan voucher isi ulang bulanan (berlaku hingga dua tahun) sumbangan China Unicom.

Ponsel tersebut diberikan kepada jaringan pekerja keuangan mikro dan penerima pinjaman dari PlaNet Finance. Prakarsa itu meningkatkan kesuksesan program PlaNet Finance karena para wirausahawan mendapat kesempatan untuk memanfaatkan komunikasi seluler. Penerima ponsel tersebut adalah petugas penyalur pinjaman keuangan mikro atau kreditor dengan catatan kinerja baik dan teratur mengikuti program-program pelatihan PlaNet Finance. Voucher layanan dari China Unicom mencakup layanan SMS mingguan, yang memungkinkan PlaNet Finance memberi informasi tentang harga dan pinjaman kepada para mitra dan penerima pinjaman. Ponsel CDMA2000 sumbangan itu juga memperluas akses penerimanya pada pasar, hingga tidak perlu lagi melakukan perjalanan yang memakan waktu dan memudahkan menerima pinjaman keuangan mikro.

Program Wireless Reach yang ada di Cina adalah sepenggal kesuksesan Cina dalam memperluas jaringan telekomunikasi nirkabel sampai ke daerah terisolir serta memperluas manfaat telekomunikasi nirkabel bagi masyarakatnya. Mudah-mudahan belajaran yang baik dari Cina maupun negara lain bisa menjadi bahan dan pelajaran bagi bangsa ini untuk terus membenahi persoalan telekomunikasi di Indonesia.

0 Comments: